Sudah beberapa hari ini, semangat benar-benar enggan untuk mampir di keseharianku. Entah kenapa dia memutuskan untuk libur.
Tanpa semangat, rasanya sepi sekali. Iya, aku tau persis dia sebenernya ada. Dan pasti mau membantu saya apapun keadaannya kalau aku mau mencari dia. Tapi, aku ingin sekali, bukan aku yang harus mengemis-ngemis dan meminta dia untuk menemaniku barang 15 menit saja. Aku ingin dia tiba-tiba muncul. Setidaknya untuk membuat aku kembali bergairah.
Kata si pemilik hatiku, wajahku murung. Tak lagi bersinar dan memancarkan ceria. Aku semakin sedih karena harus membuatnya melihatku seperti ini. Rasanya tak ingin dia tau. Tapi aku selalu gagal menyembunyikan keadaanku. Matanya selalu bisa menangkap dan membacaku. Jangankan matanya, hatinya saja cepat merasakan.
Usap lembut dari tangan si pemilik hati, untuk sejenak berhasil menbuat aku melengkungkan senyum. Duduk diam disebelahnya pun bisa. Tapi aku tak bisa terus memintanya mengusapku, atau duduk disebelahku dan membiarkan aku meletakkan kepalaku di bahunya. Seolah-olah aku tumpangkan sebentar saja bebanku padanya. Yang mana aku titipkan 5 detik saja, dan aku ambil kembali, karena aku tak mau dia yang menjadi sedih.
Seperti sore ini, aku melangkah lemas di jalanan kecil yang becek dan berlumpur sehabis diguyur hujan. Hujan masih turun dengan malu-malu. Menemani aku dan si pemilik hati berjalan. Aku lingkarkan lenganku di lengannya, enggan rasanya melepaskannya. Aku masih butuh didekatnya.
Ah, cape rasanya. Lelah. Linu seluruh tubuhku rasanya.
Aku takut. Takut semangat benar-benar enggan untuk datang kembali. Sumpah, aku takut!
Semangat, dimana kamu? Kembalilah. Kalau kamu tak mau, datanglah tanpa henti kepada si pemilik hati. Biar saja dia yang membaginya denganku.
Friday, May 14, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment