Saya kenal dua pria ini seumur hidup saya. Keduanya pria yang jadi acuan saya. Mereka adalah dua pria yang selalu bikin saya rindu, dan enggan jauh dari mereka. Mereka dua pria hebat yang sangat mempengaruhi hidup saya.
Dan saya jadi saksi betapa dua pria ini mencintai wanitanya masing-masing.
Pria pertama, pekerja keras yang sabar. Belum pernah aku lihat beliau marah, belum pernah aku aku lihat beliau menangis. Aku tau, beliau pernah kesal, beliau pernah sedih. Tapi dia hanya tak mau aku melihatnya.
Yang aku selalu lihat, dia sayang sepenuhnya sama kami.
Besok wanita yang dicintainya ulang tahun. Pagi ini aku pergi mengantar beliau membeli hadiah untuknya. Dipacunya mobil menuju toko buku, beliau hanya ingin membelikan sebuah buku sebagai hadiah.
Buku selalu menjadi hadiah dari beliau. Dan halaman pertamanya selalu dihiasi tulisan tangan beliau yang khas.
Buku selalu jadi pilihan pertama sebagai hadiah. Karena si wanita selalu senang, dan suka sekali buku. Dan beliau tau persis itu.
Buku yang dipilihnya tak pernah salah. Beliau tau persis apa yang disenanginya. Dan ingat semua buku yang sudah pernah dibelikannya.
Di mataku, yang tertangkap adalah betapa sederhananya. Tapi penuh cinta. Penuh perhatian.
Saya hanya bisa iri. Saat saya tautkan tangan saya pada tangan beliau, dan berjalan berdampingan. Saat saya duduk di sampingnya sepanjang perjalanan. Saat saya berbagi cerita tentang beliau dan wanitanya. Ingin, ingin saya merasakan yang wanita itu rasakan. Saya berani bertaruh, wanita takkan mau menukar itu semua dengan apapun.
Pria kedua, sifatnya mirip. Sama pekerja kerasnya. Sama perfeksionisnya.
Tapi aku sudah pernah lihat di marah, sedih pun pernah. Cerita hidupnya sebagian ada yang dicurahkan padaku.
Waktu si wanita ulang tahun, dia belikan hadiah untuknya. Dia belikan sebuah benda. Yang jadi simbol doa dan harapan agar si wanita bisa melaksanakan dan mewujudkan impiannya.
Hari ini dia meluangkan waktu bersama wanita yang dicintainya. Di sebuah kota menuju timur di Pulau Jawa ini. Dia punya waktu yang singkat sebelum entah kapan lagi dia bisa punya waktu untuk dirinya sendiri apalagi untuk bertemu dengan si wanita. Dan dia manfaatkan dengan baik. Tak peduli lelahnya.
Semalam dia bilang ke aku, bahwa dia lagi mau menemui wanitanya. Saya haru, sekaligus senang dengarnya. Aku tau persis dia rindu si wanita. Aku tau persis dia hanya ingin bertemu. Hanya ingin punya waktu bersamanya.
Aku tau, banyak hal yang sudah mereka lalui. Jangan dikira semuanya hanya bahagia. Tidak. Tapi toh, sampai hari ini mereka masih juga sama-sama. Artinya mereka berhasil melewati semuanya.
Lagi-lagi iri. lagi-lagi saya hanya bisa iri.
Aku merasa kedua wanita ini sungguh beruntung. Apa aku akan mengalami yang mereka alami? Apa suatu saat nanti, akan ada yang iri denganku karena apa yang seorang pria lakukan untuk aku? Untuk perhatian, pengorbanan, kerelaan, ketulusan dan cinta pria ini padaku.
Semoga jawabannya adalah iya.
Dan semoga satu pria ini, yang menjawabnya. Yang melakukan sesuatu sebagai ganti jawaban iya.
Dan iya. Kedua pria ini adalah Romo saya, dan kakak saya.