"Peut-on Vivre Sans Téléphone Portable et Internet?"
Tergelitik sama pertanyaan ini. Pertanyaan ini sebenernya adalah tugas. Harus dikerjakan. Tapi pertanyaan ini tuh bikin jadi mikir.
Pas les hari Jumat kemaren, kita disuruh mengisi angket << Êtes-Vous Accro Aux Nouvelles Technologies? >> yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi "Apakah Kamu Kecanduan Teknologi Baru?". Cuma check list aja dari 30 pernyataan, mana yang sesuai dengan diri sendiri. Kemudian pertemuan itupun jadi membahas seputar kebiasaan kita dengan teknologi. Berapa pemakaian pulsa selama sebulan, dan itu untuk apa aja. Berapa sering buka internet.
Setelah pembahasan soal pulsa jadi lumayan melebar ke "provider apa yang digunakan untuk internet dan gimana kualitasnya", beralihlah ke topik selanjutnya. Yang mana topik selanjutnya adalah pertanyaan di awal tadi itu.
Kenapa pertanyaan itu bikin jadi mikir. Karena pertanyaan itu kalo diterjemahin ke Bahasa Indonesia, artinya adalah "Bisakah kamu hidup tanpa Handphone dan Internet?". Kalau dijawab secara impulsif, pasti jawabannya adalah "Bisa!". Tapi, yakin tuh sama jawaban itu? Ya bisa sih memang, tapi betah gak? Gak merasa basi? Gak merasa ketinggalan?
Awalnya aku sih juga bilang bisa-bisa aja. Tapi setelah dipikir-pikir, kadang-kadang gak bisa juga (lebih banyak gak bisanya malahan).
Handphone, ya apalagi kalau buat nelfon, sms, dan sesekali seringkali buka internet. Handphone apalagi sih kalau bukan untuk komunikasi? Biar bisa dihubungi. Padahal kalau dipikir-pikir, waktu belum jamannya Handphone, kayaknya tenang-tenang aja ya?
Internet, jaman sekarang, mau apa-apa pasti internet. Bergaul di situs-situ social networking, cari-cari yang perlu dicari di Google, ngobrol-ngobrol di forum, buang ide di blog sampai melakukan kriminalitas dengan download lagu atau film yang jelas-jelas itu bajakan dan gak boleh, tapi tetep aja dilakuin.
Nunggu kuliah, lagi dalam perjalanan, nunggu angkot/bus/taksi, atau lagi gak ada ide mau ngapain, tangan mendadak asik pencet-pencet handphone entah SMS atau berinternet. Kalau gak telfon nempel di kuping, ngobrol sama orang lain yang mungkin lagi berada disituasi yang sama. Di situasi yang disebut dengan iseng. Iseng karena lagi nunggu, iseng karena lagi gak ada kerjaan, iseng karena bosan, dan iseng karena sebab-sebab lainnya.
Pulsa abis, gak ada sinyal, quota abis, internet mati, bisa bikin jadi kesel sendiri. Tiba-tiba jadi bego, gak tau mau ngapain. Sampe marah-marah, ke-bete-an gara-gara gak bisa melakukan kebiasaan. Padahal masih banyak hal lain yang bisa dikerjain.
Sekarang jadi semakin mikir, apa iya bisa tanpa keduanya? Coba pikir lagi.