Terlambat?

Saya, kamu, siapa sih yang gak pernah terlambat. Entahlah terlambat masuk kuliah, terlambat datang ke janji temu, terlambat apapun. Semua orang pernah sekali atau dua kali terlambat.

Tapi bukan terlambat itu yang menginspirasi saya untuk menulis malam ini.

Malam ini saya sedang menjelajahi memori-memori yang tersimpan dengan baik di otak. Saya putar ulang, saya nikmati semua cerita yang merangkai memori itu. Baik indah ataupun buruk. Saya selipkan khayalan-khayalan singkat. Seandainya waktu itu begini, seandainya waktu itu begitu. Kalau waktu itu saya begini, jadinya mungkin sekarang begini. Kalau aja saya waktu itu ga begitu, pasti sekarang gak seperti ini keadaannya.

Saat kenangan manis dan pahit berlari-lari dalam benak. Terlintas, mengapa harus begini ya keadaannya? Seandainya aja saya lebih cepat bertindak, atau, kejadian tersebut terjadi lebih cepat. Tapi sesungguhnya, seandainya semua terjadi pada waktu yang kita harapkan, keadaannya mungkin belum tentu seindah yang kita bayangkan. Akhir cerita yang sama mungkin saja terjadi. Bahkan lebih buruk pun mungkin terjadi.

Dari semua memori yang sedang diputar ulang itu. Saya sadar sesuatu. Semuanya sudah terlambat. Kenapa? Karena sudah terjadi. Dan tidak bisa diapa-apakan lagi.

Menyesal? Tidak boleh. Bersyukur? Sudah seharusnya. Karena tanpa semua yang sudah terjadi, kita gak akan belajar sesuatu. Kita gak akan dapet pengalaman. Kita gak akan mengerti bahwa terkadang keadaan tidak berjalan seperti yang kita harapkan atau kita impikan.

Saya belajar banyak dari yang sudah terjadi. Meski gak saya pungkiri juga bahwa saya masih sering memutar kembali kenangan lama, dan berkhayal ini dan itu. Tapi saya belajar menerima kenyataan aja. Saya belajar bahwa percuma saya kebanyakan mengkhayalkan sesuatu yang sebenarnya sudah lewat. Saya jadi tidak bisa melangkah kedepan. Saya stuck di satu tempat yang sama. Dan terbuai dalam mimpi.

Sekarang saatnya saya untuk melangkah lagi. Kembali maju. Karena, tidak pernah ada kata terlambat untuk kembali memulai.