aku murka. pada matahari. aku tumpahkan. amarah meluap. meletup-letup seperti api memakan kayu, menghabiskannya menjadi arang. panas. melebihi panas dirinya.
matahari hanya diam saja. dia tertunduk lesu.
kenapa aku marah, katamu? kamu ingat, waktu aku bilang rindu. ingin jumpa. ingat? sekarang putar lagi otakmu. ingat apa tanggapanmu? lupa? aku ingat dengan jelas. kamu tertawa. ya, tertawa. hahahaha, katamu.
hey, matahari. kamu tau?
kamu sudah menoreh. menggores. menghujamku dengan pisau tumpul. sekali tusuk. mantap. dalam. cairan merah segar berbau amis mengalir. menggenang di lantai kamar. bercampur dengan tetesan air.
aku yakin. kamu tidak tau, wahai matahari. kamu tidak pernah tau. kamu lihat. tapi kamu tidak sadar. kamu terlalu acuh.
dengarkan aku matahari!
jangan kamu tertawa bila aku menumpahkan kata rindu. ada perasaanku yang aku letakkan dibaliknya. aku setengah mati mengucapnya. menahan pita suaraku, agar tak bergetar saat mengatakan. memohon pada mataku sendiri untuk jangan berair.
kamu jahat. kamu lukai aku. padahal aku selalu menyukaimu karena hangatmu. cerahmu. panasmu.
kenapa sekarang ada awan kelabu di wajahmu, matahari? kamu terkejut menerima layangan tinjuku ini?awan itu untuk menutupi lebam biru yang tertinggal? buka saja awannya. biar kamu selalu bisa lihat saat kamu berkaca. lebam biru itu akan selalu jadi pengingat bagimu.
selamat malam, matahari. mungkin esok aku sudah tak marah. mungkin juga masih. berdoa saja, senyumku besok tak palsu.
It's so many miles and so long since I've met you
Don't even know what I'll say when I get to you
But suddenly now, I know where I belong
It's many hundred miles and it won't be long
Don't even know what I'll say when I get to you
But suddenly now, I know where I belong
It's many hundred miles and it won't be long
~ Feist & Ben Gibbard - Train Song ~
0 comments:
Post a Comment