Hari sabtu bangun pagi. Matahari saja belum tampak. Baru saja mematikan alarmnya yang berbunyi terus menerus. Tapi dia masih malas bangun. Jadi dia goler-goler saja di kasurnya. Mengulet terus. Menarik kembali selimutnya sebatas dagu, sambil berkata dalam hatinya, "15 menit lagi ah."
Tapi aku sudah bergegas. Aku harus berangkat. Segera! Sepertiga terburu-buru, melahap roti panggang beroles butter. Menyeruput teh beraroma vanilla yang baru diseduh Ditambahkan 1 1/2 sendok teh gula. Secangkir teh setengah manis. Teh yang lucu sekali. Setengah manis.
Tidak pakai mandi. Hanya cuci muka dan ganti baju. Menjejalkan ini dan itu ke tas dengan asal. Berpamitan. Dan aku sudah duduk di belakang bapak ojeg langganan. Diboncengnya sampai ke kolam renang. Aku janji temui matahari disana pagi ini. Kita mau main air.
Sudah tidak sabar, aku jadi gembira sendiri. Bernyanyi-nyanyi dan senyum-senyum sendiri selama motor melaju. Menembus sejuknya pagi. Dingin. Udara masih berbalut embun pagi. Harum. Tapi wanginya cuma bisa ditemui sebelum matahari muncul.
Di lampu merah asik tengok kiri kanan. Berusaha mengintip kedalam mobil yang supirnya masih ngantuk. Menguap lebih dari 5x selama 1 periode lampu merah. Mungkin semalam begadang menyelesaikan laporan. Atas dia juga punya janji dengan temui matahari juga. Maka terpaksa bangun pagi. Hm, apapun cerita dia pagi ini. Aku tinggal sedikit lagi sampai. 2 belokan lagi.
Sampai ingin teriak rasanya. Matahari sudah bangun! Terasa jemarinya yang hangat mengelus wajahku. Dan mataku disilaukan sinarnya. Tunggu aku, tunggu aku, matahari. Di kolam kita jumpa ya. Hangatkan dulu airnya, biar aku tidak menggigil saat menceburkan badan kedalamnya. Ah, aku senang sekali.
Main air. Bersama matahari. Seharian. Sampai dia sendiri keringetan. Gerimis. Mungkin matahari melap keringatnya pakai tangan dan melemparnya kebawah. Maka kita kebagian gerimisnya sedikit. Lalu terang lagi. Dan aku main lagi. Sampai pusing kepanasan. Rambutku bau matahari. Di pegang, puncak kepalaku sudah panas sekali.
Aku pamit pulang. Sudah cape. Lagipula sudah hampir maghrib. Nanti matahari dimarahi semesta kalau tidak pulang kerumahnya tepat waktu. Sebelum pulang, sepertinya matahari sempat cium pipi kiri dan kananku. Karena sampai sekarang masih terus bersemu merah. Ah, hari ini aku dikecup matahari!